Mengenal Keunggulan Kamera Sony FX3 Si Monster Kecil Sinematik

Baru-baru ini Sony resmi meluncurkan kamera terbarunya yaitu Sony FX3. Target yang ingin dibidik oleh Sony adalah para kreator yang ingin mengeksplorasi kebebasan sinematik.

FX3 merupakan kamera yang mengkombinasikan teknologi sinema digital Sony dengan berbagai fitur pencitraan terdepan dari kamera mirrorless Alpha ini untuk menciptakan tampilan sinematik yang luar biasa.

Jasa Video eps-production.com

FX3 menghadirkan tampilan sinematik dan pengoperasian serta keandalan profesional dalam satu perangkat yang menjawab kebutuhan para kreator muda yang mencari cara baru untuk mengekspresikan visi kreatif mereka. Model terbaru ini memberikan kualitas gambar dan kegunaan menakjubkan untuk pengambilan gambar berskala kecil dan sendiri.

Kamera FX3 menawarkan performa fokus kelas atas, stabilisasi gambar optik, didesain untuk perekaman video secara handheld dan pembuangan panas yang terdepan untuk waktu perekaman yang lebih lama. Semua ini dibalut dalam bodi yang simple dan ringan, memberikan performa serta mobilitas untuk memenuhi permintaan para kreator konten yang saat ini terus meningkat.

President Director PT Sony Indonesia, Kazuteru Makiyama menerangkan, bahwa kamera FX3 ini memang dirancang untuk mewujudkan ide kreatif menjadi kenyataan. Kamera ini memungkinkan para kreator untuk merealisasikan ekspresi visual mereka ke dalam dunia sinema melalui konten yang imersif. “Kami akan terus mendukung para kreator dunia melalui Rangkaian Cinema Line dari Sony,” imbuhnya.

Sony fx3 ini akan mulai dipasarkan pada bulan maret mendangan dan akan dibandrol dengan harga $3.899,99 dollar AS atau sekitar Rp 55,8 Juta Rupiah.

Baca Juga: Mengenal Kamera Lumix S1H, Mirrorless Pertama Yang Diakui NETFLIX

Keunggulan FX3 yang wajib untuk diketahui :

  1. Sensor CMOS Exmor R™ back-illuminated full-frame dengan 10.2 megapiksel dan mesin pengolahan gambar BIONZ XR™
  2. Sensitivitas sangat tinggi dengan ISO yang dapat ditingkatkan hingga 409.600 untuk kondisi pencahayaan yang sangat sulit dan 15+ stop dynamic range
  3. Profil tampilan S-Cinetone™ terinspirasi dari colour science kamera sinema digital VENICE yang juga digunakan pada kamera Cinema Line FX9 dan FX6, serta merekam hingga 4K 120p
  4. Desain bodi yang ringkas dan ringan dengan pengoperasian tinggi untuk pengambilan gambar dengan handheld, gimbal dan pemasangan pada drone
  5. Bodi yang dilengkapi multi-thread (1/4-20 UNC) memudahkan untuk pemasangan aksesori
  6. Unit pegangan XLR yang dapat dilepas diengkapi dengan dua input audio XLR/TRS
  7. “Mode Aktif” stabilisasi gambar mendukung perekaman film secara handheld
  8. Fast Hybrid Auto Focus, Touch Tracking (pelacakan real-time) dan Real-time Eye AF juga digunakan di kamera Alpha™ lainnya
  9. Perekaman 4K 60p tanpa gangguan (Lanjutan) karena didukung pembuangan panas yang efektif dan kipas pendingin internal

Baca Juga: Pentingnya Behind The Scene Dalam Produksi Film dan Video

Spesifikasi & Fitur

  • TIPE SENSOR
    Full frame 35mm (35,6 x 23,8 mm), sensor CMOS Exmor R
  • PIKSEL
    10,2 megapiksel (efektif) untuk film, 12,1 megapiksel (efektif) untuk Gambar diam, Sekitar 12,9 megapiksel (total)
  • SENSITIVITAS
    [Merekam Video] Setara ISO 80-102400 (Angka ISO hingga ISO 409600 dapat disetel sebagai rentang ISO diperluas.), OTOMATIS (ISO 80-12800, batas bawah dan batas atas dapat dipilih), [Gambar diam] ISO 80-102400 (Angka ISO dari ISO 40 hingga ISO 409600 dapat disetel sebagai rentang ISO diperluas.), OTOMATIS (ISO 80-12800, batas bawah dan batas atas dapat dipilih)
  • TIPE MEDIA
    CFexpress Tipe A/Kartu SD (x2), Simultan Perekaman Simultan, Alihkan Media Otomatis, Salin
  • LCD
    7,5 cm (tipe 3.0) tipe TFT, sekitar 1,44 juta titik, Sudut Bukaan: Sekitar 176 derajat, Sudut Rotasi: Sekitar 270 derajat

Baca Juga: 8 Perbedaan Lensa Foto Dan Lensa Movie Cinema – Kamu Udah Tau?

Read More

Director of Photography (DOP), Tugasnya Ngapain Aja Sih?

Director of Photography (DOP) yang jika diterjemahkan adalah pengarah fotografi. Kok ada, yah, profesi yang bertitel fotografi di industri film? Kerjanya memotret kegiatan syuting?

Eitss jangan salah. Walaupun berembel-embel fotografi, profesi yang kerap diistilahkan sebagai sinematografer ini nggak ada kaitannya sama potret-memotret. Akan tetapi, Director of Photography (DOP) tuh emang mengurusi hal-hal yang emang deket sama urusan foto: pengambilan gambar (framing) dan pencahayaan (lighting). Dalam film, DOP bukan cuma mandor yang nyuruh-nyuruh, DOP juga lah yang mengoperasikan kamera.

Lho, jadi, DOP itu merangkap kameraman?

“DOP itu ketuanya kameraman, dia adalah seorang yang paling dekat kedudukannya dengan sutradara. Dalam tim departemen kamera, dia memiliki keahlian spesialis mengenai kamera, pilihan lensa, format film dan juga pencahayaan. Seorang DOP memiliki tanggung jawab untuk urusan visual dari film. Mengubah naskah menjadi visual. Tentu, nggak cuma harus handal dalam menentukan framing, seorang DOP juga dituntut untuk paham luar dalam soal teknis kamera. “DOP yang nentuin kamera apa yang cocok untuk dipakai di sebuah film. Dan untuk ngerti sebuah kamera itu nggak cukup googling, harus praktek langsung. Diurusan visual ini, DOP dibantu oleh asisten DOP, operator kamera, dan lighting man (Gaffer). Tentu seorang DOP juga ikut mengoperasikan kamera. DOP juga memiliki kewenangan penuh untuk memberi pengarahan kepada timnya agar dapat berjalan sesuai perencanaan yang telah dibuat.

Dalam sebuah produksi film, seorang DOP memiliki peranan yang sangat penting. Setelah produser, sutradara dan penulis, posisi DOP-lah yang ada dijajaran jabatan tinggi sebuah produksi video dan film. Memang sih, dibanding sutradara, waktu kerja DOP nggak lama. Kalau sutradara bisa sampai satu tahun, waktu kerja DOP cukup enam bulan. Namun, sejak masa pre-produksi, DOP sudah ikut kerja, “Dari mulai persiapan, pengembangan skenario, hunting lokasi (Recce), blocking shot, DOP udah terlibat. Bahkan, di proses editing seorang DOP suka nengok-nengok untuk memastikan editing sesuai dengan gambaran DOP saat produksi.

Baca Juga : Mengapa Survey Lokasi (recce) Itu Penting Dilakukan Sebelum Shooting?

Ngomong-ngomong soal prospek karier, profesi DOP itu nggak boleh diremehin. melihat perkembangan jaman, kebutuhan video tuh sudah seperti kebutuhan pokok setiap individu, yang dimana banyak juga kebutuhan untuk produksi video dan film. Soal uang, nggak pernah nggak lancar deh”. Dan kabar baiknya, sekarang ini sudah ada asosiasi DOP Indonesia, lho. Lembaga inilah yang bakal ngejagain para DOP dari pihak-pihak nakal.

Seorang DOP nggak cuma mentok diranah film, kalau udah nyemplung ke dunia kamera dan pengarahan gambar, DOP juga bisa ngembangin karirnya ke produksi lain, yaitu dunia Video Iklan Televisi, Produksi video klip, Video Company Profile, dan video lainnya. Nah, untuk bisa main ke berbagai produksi itu, admin mengusulkan untuk kita jadi DOP freelance saja. Nggak terikat ke satu Production House tertentu. “Lagi pula jarang sekali ditemukan seorang DOP itu tetap pada satu Production House PH”.

Baca Juga : 7 Departemen Kru Film

Tugas dan Tanggung Jawab Director Of Photography

Seorang DOP juga mempunyai tugas dalam pembuatan video dan film, di antaranya Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Dari ketiga tugas tersebut harus dilakukan sesuai dengan deskripsi yang di pegangnya.

Pra Produksi

Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan khalayak sasaran yang dituju, meliputi persiapan fasilitas dan teknik produksi, mekanisme operasional dan desain kreatif (Riset, Penulisan Outline, Skenario, Storyboard, dsb)

  1. Mempelajari semua naskah yang sudah di setujui
  2. Mengimplementasikan naskah ke dalam sebuah bentuk dan gerak serta tata letak kamera melalui floor plan kamera
  3. Memilih atau menentukan kamera yang akan digunakan saat produksi
  4. Menguasai macam-macam segi kamera agar sesuai dengan kualitas gambar yang akan di pakai untuk proses produksi.
  5. Berdiskusi tentang ilustrasi yang akan di ambil dalam segi floor plan dengan sang sutradara.

Produksi

Proses pengambilan gambar di lapangan atau shooting, pada tahap ini DOP diberikan  pengarahan dari seorang sutradara tentang rencana visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown script . Dengan breakdown script memudahkan semua element kru dalam bekerja nantinya.

  1. Memberikan saran ke Director untuk pengambilan gambar terbaik.
  2. Bertanggung jawab untuk pemeliharaan kamera agar tetap siap operasi.
  3. Bertanggung jawab terhadap kualitas gambar, komposisi dan lensa.
  4. Selalu menggunakan istilah teknik dalam operasional produksi.
  5. Bekerjasama dengan baik bersama semua kru produksi. Mengikuti instruksi sutradara untuk memperoleh gambar sesuai dengan script.

Paska Produksi

Tidak banyak hal yang dilakukan oleh DOP pada tahap ini. Untuk produksi film, DOP terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal-hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor, namun biasanya hal ini bisa dihandle oleh sutradara atau produser. Untuk memudahkan editor dalam bekerja, setelah pengambilan gambar, tim kamera membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan. Camera report lengkap dengan time code atau keterangan waktu.

Penutup

Nah setelah membaca artikel diatas, apa kamu jadi semakin tertarik untuk menjadi seorang DOP?. Jika iya, maka kamu perlu memperbanyak jam terbang, kamu bisa membuat film pendek dengan teman atau komunitas kamu dan juga mengikuti seminar atau bergabung dengan komunitas pembuat film untuk menambah wawasan kamu seputar dunia sinematografi.

Jika ada pertanyaan kamu juga bisa berdiskusi dengan eps production pada kolm komentar di bawah. See yaa…

Baca Juga : Pentingnya Melakukan Tes Kamera Sebelum Shooting Film

Read More

Video Company Profile Politeknik STIA LAN Jakarta

Politeknik STIA LAN Jakarta didirikan dengan nama Perguruan Tinggi Kedinasan Ilmu Administrasi Negara (PTDIAN) berdasarkan Keputusan Menteri Pertama RI No. 578/MP/1960 tanggal 24 Desember 1960. Kemudian, Berdasarkan Keputusan Presiden No 100 tahun 1999, PTDIAN berubah menjadi STIA LAN yang ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan untuk menyelenggarakan program pendidikan akademik dan profesional di bidang ilmu administrasi bagi penyelenggara negara di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga tinggi BUMN atau BUMD serta anggota TNI dan POLRI.

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik STIA LAN, Mulai Tahun 2020 STIA LAN bertransformasi menjadi Politeknik STIA LAN dan Terbuka untuk umum.

Read More

5 Teknik Shooting Video Menggunakan Green Screen

Membuat video dengan menggunakan teknik green screen memang semakin hari semakin mudah. Bahkan saat ini semakin dimudahkan dengan banyaknya aplikasi edit video di handphone yang sudah dapat melakukannya. Tetapi, untuk dapat menciptakan hasil video yang baik dan halus, ada beberapa hal yang sebaiknya kamu perhatikan.

Teknik green screen sendiri adalah salah satu dari teknik efek visual (visual effect) untuk menggabungkan dua gambar ke dalam satu frame. Misalnya, kamu mau membuat jokes kepada temanmu bahwa kamu baru saja liburan bersama kekasih ke Bulan. Nah, untuk membuat temanmu percaya, maka kamu buatlah sebuah video dengan teknik green screen ini. Kamu dan kekasih/kerabatmu shooting di depan green screen alias layar/kain berwarna hijau di studio atau rumahmu. Dengan aplikasi seperti Adobe After Effect, kamu bisa menggabungkan rekaman tersebut ke footage dataran bulan. Abrakadabra, kini kamu siap membuat temanmu tertawa!

Pertanyaan yang sering kali tercetus adalah kenapa harus berwarna hijau? Jawabannya simpel sekali dan mungkin ini ada di pelajaran SD/SMP, yaitu karena warna hijau merupakan warna yang tidak dimiliki sama sekali oleh pigmen kulit/tubuh manusia. Kecuali kamu mewarnai rambutmu dengan cat hijau atau kamu memakai baju warna hijau, maka warna hijau akan sangat mudah dihapus dengan rapi dengan aplikasi. Selain warna hijau warna lain yang sering dipakai untuk teknik ini adalah biru, karena warna ini juga tidak dimiliki oleh pigmen tubuh manusia bahkan dibeberapa film layar lebarpun banyak juga yang menggunakan warna biru ini. 

Nah, sekarang kamu sudah menunjukan video tersebut pada temanmu. Namun, sayang sepertinya ia malah tertawa karena video tersebut begitu kasar dan meninggalkan efek hijau di kulit dan sekiratan tubuhmu. Nah, kalau begitu masalahnya, maka kemungkinan teknik green screen yang kamu gunakan kurang rapi. Lalu, apa saja sih alasan-alasan yang membuat hasilnya tidak rapi? Yuk simak 5 Teknik Shooting Video Menggunakan Green Screen.

  1. Green Screen Berwarna Hijau Murni

Jasa Video eps-production.com

Terdapat banyak warna hijau yang sangat bervariasi hingga beragam, membuat kamu harus memikirkan hingga mengecek secara lebih detail mengenai warna yang dipakai dalam membuat video green screen milikmu, karena dari warna-warna yang beragam banyak juga terkandung warna lain, yang menyebabkan objek yang ada di dekat green screen dapat terpengaruh. Seperti salah satu contoh ialah warna hijau-tua, adanya kandungan warna coklat dalam hijau-tua, membuat kulit objek dapat terlihat transparan atau bahkan tidak terlihat karena adanya warna yang sama dengan kulit objek nantinya dan bisa jadi saat proses editing akan terjadi kesulitan untuk menghilangkan warna hijau. Maka, saran dari kami usahakanlah untuk menggunakan warna hijau murni yang tidak memiliki kandungan apa-apa pada green screen milikmu. Agar tidak adanya kandungan-kandungan lain dan tidak memiliki pengaruh terhadap objek.

Baca Juga: 4 Teknik Dasar Edit Video untuk Kamu Para Pemula

  1. Sesuaikan Wardrobe Yang Dipakai!

Jasa Video eps-production.com

Hal yang sebenarnya sangat sederhana tetapi banyak orang kadang melupakan hal ini, sesuaikan wardrobe! Kenapa? Dalam proses shooting memakai green screen tentu kita harus memikirkan bagaimana wardrobe yang dipakai. Agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan seperti ada warna hijau yang masuk—dan otomatis barang/objek yang berwarna hijau akan hilang saat proses editing nantinya, kami menyarankan untuk menggunakan wardrobe yang menjauhi warna hijau dan biru, Karena dapat menghindari benturan-benturan warna yang sama.

  1. Berikan Jarak Antara Objek Dengan Kamera

Mengapa harus memberikan jarak? Karena dalam pemakaian green screen selain harus memperhatikan kebocoran-kebocoran seperti lampu yang masuk ke dalam frame, hal ini juga dapat berakibat adanya pantulan yang terlihat pada green screen terhadap tubuh objek yang akan di sorot, sehingga dapat terjadi pantulan warna hijau yang masuk ke dalam objek jika jarak sangat dekat. Oleh karena itu, perhatikan juga jarak pengambilan shot yang akan kamu tentukan nantinya, agar tidak menyesal dikemudian hari!

Baca Juga: 5 Kamera Sinema Yang Digunakan Untuk Pembuatan Film Hollywood

  1. Pastikan Tesktur Dan Pencahayaan Rata

Jasa Video eps-production.com

Tekstur dan Pencahayaan yang rata, jelas membuat objek dalam Green Screen akan terlihat rapih terkhusus jika kamu melibatkan lebih dari satu orang, perihal ini justru harus benar-benar kamu perhatikan, beberapa kemungkinan jika tekstur dan pencahayaan tidak rata—ialah objek yang berada di dekat green screen saat proses editing akan mengalami ketidaksempurnaan saat meng-eliminasi warna hijau.

  1. Pakailah Tracking Point Jika Ada Pergerakan!

Jasa Video eps-production.com

Syuting dengan menggunakan Green Screen jelas membutuhkan plotting yang matang, selain itu jelas harus memiliki konsep yang jelas juga dan pakailah tracking point dalam kameramu jika kamu akan memasukan effect-effect seperti tulisan atau gambar. Sehingga  apa yang kamu konsepkan akan memiliki acuan untuk melakukan sebuah gerakan. Oleh sebab itu, Tracking Point menjadi penting yang dalam hal ini jika banyak pergerakan terutama jika ingin memakai effect-effect yang akan kamu lakukan saat shooting. Jadi, apa kamu sudah mengerti kesalahan-kesalahan apa saja saat pemakaian green screen?

Penjelasan-penjelasan diatas adalah kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang kerap terjadi saat melakukan shooting dengan menggunakan green screen, karena itu kami ingin memberitahu kepada teman-teman disini agar tidak terjadi kesalahan seperti penjelasan diatas saat proses shooting nantinya. Apakah teman-teman punya masukan atau pendapat lain? Silahkan tulis di kolom komentar ya!!! see yaa…

Read More

7 Departemen Kru Film Pendek Atau Video

Sebuah kru film adalah sekelompok orang yang dipekerjakan perusahaan produksi untuk membuat sebuah film atau gambar bergerak. Kru berbeda dengan pemeran, yaitu aktor-aktor yang tampil di depan kamera atau mengisi suara suatu film. Kru juga terpisah dari produser, yaitu orang-orang yang memegang sebagian perusahaan film atau hak properti intelektual film. Sebuah kru film terbagi menjadi beberapa sektor, masing-masing berkecimpung dalam aspek produksi tertentu. Posisi kru film telah berevolusi selama bertahun-tahun, didorong oleh perubahan teknologi dna perkembangan jaman.

Kali ini eps-production akan menjelaskan tentang departemen-departemen apa saja yang ada dalam suatu industri film, alasannya karena kami ingin agar kalian bisa memahami cara kerja hierarki, sebagaimana yang diterapkan dalam industri. Dengan memahami struktur kerja hirarki, diharapkan kalian bisa menerapkannya. Struktur ini diterapkan karena lebih efektif dan efisien. Masing-masing peran memiliki fokus pada tugasnya masing-masing, sehingga tidak ada tenaga atau waktu yang terbuang sia-sia.

Secara garis besar, produksi suatu film dibagi ke dalam beberapa departemen. Departemen-departemen tersebut dipimpin oleh pemimpinnya masing-masing. Masing-masing departemen memiliki fungsi dan perannya dan bekerjasama untuk mewujudkan visi yang diberikan sutradara.

Departemen-departemen tersebut antara lain departemen produksi (dipimpin produser), departemen penyutradaraan (dipimpin sutradara), departemen artistik (dipimpin penata artistik / production designer), departemen kamera (dipimpin penata kamera), departemen suara (dipimpin penata suara), departemen kostum (dipimpin penata kostum utama), departemen makeup (dipimpin penata rias utama), departemen post-production (dipimpin post-pro supervisor).

Susunan Crew dalam pembuatan film :

  1. Departemen Produksi

Produser: Bertanggung jawab pada satu produksi film secara keseluruhan. Memimpin manajemen produksi, dari awal hingga akhir, agar sebuah film dapat terselesaikan dengan baik. Produser menginisiasi sebuah project, mencarikan dana / funding, mencari dan memilih tenaga kerja yang akan terlibat, hingga melakukan supervisi terhadap proses pembuatan film secara keseluruhan.

Produser Pelaksana / Line Producer: ‘Tangan kanan’ produser untuk urusan teknis. Ibaratnya, produser merancang satu produksi secara kesuluruhan (plafon budget, timeline, tenaga kerja, dsb), produser pelaksana yang menjalankan rancangan tersebut setiap harinya. Itu sebabnya ia disebut produser pelaksana.

Manajer Unit Produksi / Unit Production Manager : Bekerja dibawah supervisi produser pelaksana, manajer produksi bertugas memastikan segala sesuatu yang bersinggungan dengan produksi (hal-hal fisik bukan kreatif) berjalan dengan baik. Ia memastikan semua kru dalam kondisi baik, tidak ada peralatan yang rusak, tidak ada alat yang keluar dari rancangan budget, memesan dan memastikan logistik datang tepat waktu, dan lain sebagainya.

Akuntan Produksi: Memantau dan mengelola perputaran kas dalam satu produksi. Melakukan tugas-tugas bendahara, antara lain mencatat pemasukan dan pengeluaran selama produksi, bekerjasama dengan produser pelaksana agar budget dapat terjaga dengan baik, dsb.

Manajer Lokasi: Manajer lokasi (biasa bekerja sebagai tim dengan location scout), bertugas mencari lokasi yang sesuai dengan visi sutradara. Ia juga bertugas untuk mengurus segala perizinan, mulai dari biaya sewa, izin keramaian polisi, uang keamanan preman, dsb, agar syuting dapat berjalan dengan aman dan tenteram.

Production Assistant: Biasa disebut PU (Pembantu Umum), bertugas untuk membantu tim produksi secara generik. Apabila ada kebutuhan mendesak secara tiba-tiba, maka production assistant lah yang bergerak cepat dan mobile. Pembantu umum juga membantu menyiapkan logistik konsumsi dan mendistribusikannya ke kru.

  1. Departemen Penyutradaraan
Jasa Video eps-production.com

Christopher Nolan

Sutradara: Penanggungjawab kreatif utama dalam produksi film. Berkontribusi di segala aspek, mulai dari penentuan plot & alur cerita, memilih pemeran, memilih kru-kru utama, menentukan bloking pemeran, pengembangan karakter, memilih lokasi yang dibutuhkan cerita, referensi musik, pergerakan kamera, pilihan shot, dan hal-hal kreatif lainnya. Dengan bantuan kru dari berbagai departemen, sutradara memastikan visinya dapat terlaksana sebaik mungkin.

Asisten Sutradara 1: Membantu sutradara dalam urusan jadwal, manajemen pemeran dan kru (jadwal panggilan kru & pemeran ke lokasi), jadwal makan dan istirahat, jadwal set alat (kamera, lampu, artistik), dsb. Ia harus memastikan jadwal dapat berjalan tepat waktu dan tidak ada adegan yang tidak terambil. Apabila ada jadwal yang ngaret, ia juga mesti berpikir cepat untuk merombak jadwal agar tak ada adegan yang harus dikorbankan.

Asisten Sutradara 2: Bertugas membantu sutradara menyutradarai figuran (extras). Ia juga bertugas membantu asisten sutradara 1 dalam menyusun jadwal. Selain itu, setiap hari syuting, asisten sutradara 2 bertugas mengetik call sheet (jadwal panggilan untuk kru & pemeran di hari syuting berikutnya).

Penulis: Bersama sutradara, mengembangkan cerita dari coretan hingga menjadi naskah. Ia bertugas memastikan cerita dapat bergerak dengan baik. Ia juga mengembangkan karakter-karakter dalam film agar believable dan relatable dengan penonton.

Script Continuity: Senjata utamanya adalah kamera pocket. Ia bertugas memotret setiap hal visual yang muncul di dalam frame agar terjaga kesinambungannya di setiap adegan. Misalnya: jika di shot sebelumnya, pemeran A memegang pensil di tangan kiri ketika berbicara, maka di shot berikutnya script continuity harus mengingatkan agar pensil tetap di tangan kiri. Lebih tricky lagi untuk syuting jumping (urutan adegan diambil acak), maka ia harus berhati-hati dalam memperhatikan hal-hal visual yang muncul di frame.

Casting Director: Bertugas memilih aktor untuk memerankan karakter sesuai kebutuhan cerita. Mereka akan berdiskusi dan berkonsultasi dengan sutradara. Setelah sutradara menceritakan visi dan kebutuhan ceritanya, casting director akan membantunya mencarikan pemeran yang dibutuhkan.

Kordinator Pemeran: Di lokasi syuting, perannya cukup vital. Kordinator pemeran mengatur jadwal pemeran sesuai dengan jadwal yang sudah disiapkan oleh asisten sutradara. Asisten sutradara akan memanggil pemeran untuk masuk atau keluar dari set dan kordinator pemeran bertuga mengkoordinasikannya dengan para aktor. Kordinator pemeran juga bertugas menyalurkan logistik ke para pemeran dari tim produksi.

  1. Departemen Kamera

Penata Kamera: Biasa disebut Director of Photography (DP) atau Sinematografer. Sebutan sinematografer biasanya dipakai apabila DP dan operator kamera adalah orang yang sama. Penata kamera bertugas sebagai ‘penerjemah’ sutradara dalam level teknis pengambilan gambar. Penata Kamera berdiskusi dengan sutradara dan memberi masukan perihal teknis pengambilan gambar, mulai dari jenis kamera, lensa, pendekatan gambar, lighting, tone warna, dsb. Semua dikerjakan sesuai dengan kebutuhan cerita menurut visi sutradara. Singkatnya, sutradara menjelaskan pada DP tampilan visual seperti apa yang ia inginkan, dan DP yang akan memilih lensa, filter, lighting, komposisi, dsb untuk memberikan efek estetis tertentu pada penonton.

Operator Kamera: Sesuai dengan namanya, ia bertugas mengoperasikan kamera sesuai dengan arahan penata kamera (DP). Seringkali, penata kamera dan operator kamera adalah orang yang sama.

Asisten Penata Kamera: Biasa disebut juga focus puller. Tugasnya adalah memastikan semua gambar yang diambil fokus. Asisten penata kamera juga bertugas merakit dan membongkar rigging kamera di awal dan akhir syuting.

Clapper: Bertugas memberikan identitas pada gambar yang sedang diambil. Film pendek bisa terdiri dari belasan bahkan puluhan adegan, apalagi film panjang. Agar tak bingung ketika disunting, setiap gambar yang diambil diberikan identitas sesuai nomor scene dan shot yang ditulis di naskah.

Digital Imaging Technician (DIT): Hanya pembuatan film di era digital yang mengenal jabatan ini. DIT bertugas mengarsip dan membackup data yang sudah selesai diambil. Gambar-gambar yang telah diambil akan dikelola oleh DIT untuk  tidak hanya dipindahkan ke tempat penyimpanan seperti harddisk, tetapi juga di compress untuk proses selanjutnya di paska produksi. DIT juga bertugas menerapkan beberapa adjustment pada gambar yang sudah diambil sesuai dengan arahan penata kamera, misalnya terang gelap, tone warna, dsb.

Gaffer: Ketua urusan pencahayaan (lampu). Dengan arahan dari DP, gaffer membuat desain pencahayaan dan tata letak lampu agar visi sutradara dapat terwujud.

Best Boy (Lighting): Asisten gaffer. Ketimbang gaffer yang lebih banyak mengurus teknis pencahayaan, best boy lebih banyak berkutat pada urusan logistik, seperti manajemen alat.

Key Grip: Selain lampu, ada beberapa perlengkapan lain yang sering dipakai di lokasi film, antara lain polyfoam (stirofoam untuk reflector), diffuser, butterfly, dolly track, kaki lampu, flag, dsb. Key grip adalah kepala untuk urusan-urusan tersebut.

Best Boy (Grip): Membantu key grip.

  1. Departemen Artistik

Jasa Video eps-production.com

Penata Artistik / Production Designer: Sebetulnya jabatan production designer dan art director (penata artistik) adalah jabatan yang berbeda. Production designer adalah perancang tampilan visual film secara keseluruhan, mulai dari warna set, props, pattern, warna pakaian, makeup, dsb. Namun di Indonesia, jabatan ini belum banyak dipakai. Oleh karena itu, kita lebih sering menemukan penata kostum dan rias bekerja secara terpisah dengan tim artistik, padahal semestinya mereka bekerja di bawah satu rancangan  visual yang sama. Berbeda dengan production designer, penata artistik lebih fokus pada urusan artistik (set dan props saja). Ialah yang merancang tampilan interior sebuah set, beserta menyiapkan properti-properti yang dibutuhkan oleh cerita.

Asisten Penata Artistik: Bertugas membantu penata artistik dalam tugas di lapangan. Kadang merangkap sebagai standby art director alias penata artisitik yang standby di set untuk segera mengatur set dan props sesuai kebutuhan framing. Biasanya penata artistik lebih banyak duduk di depan monitor bersama sutradara, sementara asisten penata artistik lebih banyak di set untuk mendengar masukan dari penata artistik.

Set Designer: Bekerja di bawah komando penata artsitik. Bertugas merancang set sesuai (baik eksterior maupun interior) sesuai dengan arahan penata artistik.

Set Dresser: Set dresser memutuskan barang-barang apa saja yang akan diletakan di dalam set sesuai dengan arahan set designer dan penata artistik.

Prop Master: Bertugas mendata, mencari, dan mengelola props yang digunakan dalam film. Props adalah benda-benda di dalam set yang dapat dipindahkan dengan mudah, seperti pisau, buku, telepon genggam, makanan, dsb.

Runner / Buyer: Bergerak cepat di lokasi apabila ada kebutuhan mendadak. Ia juga bertugas membeli/menyewa barag-barang yang telah didata oleh prop master dan set designer.

  1. Departemen Suara

Jasa Video eps-production.com

Production Sound Mixer: Kepala departemen suara. Ia bertugas memonitor, mengatur leveling, melakukan mixing, hingga memilih microphone yang akan digunakan selama syuting.

Boom Operator: Membantu sound mixer memrekam suara lewat boom.

Asisten Sound: Biasanya bertugas mencatat sound report (laporan perekaman suara agar memudahkan proses sync di paska produksi).

  1. Departemen Kostum & Rias

Jasa Video eps-production.com

Penata Kostum: Bertugas mendesain pakaian dan/atau memilih kostum sesuai kebutuhan cerita & karakter.

Penata Rias: Bertugas merias pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.

Penata Rambut: Bertugas merias  rambut pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.

  1. Departemen Post-Production

Jasa Video eps-production.com

Post-Production Supervisor: Membantu produser dalam mengelola proses paska produksi, mulai dari mengatur jadwal hingga mengelola sumber daya manusia.

Editor: Bertugas memilih dan memilah gambar yang sudah diambil di proses syuting. Proses editing dilakukan secara kreatif bersama sutradara. Biasanya editor dibantu oleh beberapa asisten yang bertugas sebelum pemotongan dan penyusunan gambar dimulai.

Colorist: Di era digital, colorist bertugas melakukan penyesuaian warna agar semua gambar yang diambil memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan (color correction), sebelum lalu mewarnai untuk memberikan nuansa tersendiri bagi hasil akhir filmnya (color grading).

Visual Effect Artist: Apabila film membutuhkan visual effect tambahan, maka visual effect artist bertugas membuat visual effect sesuai dengan kebutuhan cerita.

Rotoscope Artist: Biasanya banyak hal yang tidak diinginkan tidak sengaja terekam di proses syuting, sebut saja kabel malang melintang di set, atau misalnya naskah kru yang tertinggal di dalam set. Rotoscope artist bertugas menghapus objek-objek yang tidak diinginkan tersebut.

Sound Designer: Setelah selesai disunting oleh editor dan gambar telah dikunci (picture lock), maka hasil editing akan diteruskan ke departemen suara. Sound designer bertugas melakukan penyelarasan serta menambahkan berbagai elemen kreatif lain agar gambar yang telah disunting dapat lebih berbicara. Ia bekerja bersama editor dan sutradara.

Dialogue Editor: Tugasnya spesifik mengedit dialog agar semua terdengar dengan baik.

Composer: Bertugas membuat musik (score) sesuai dengan kebutuhan cerita.

Foley Artist: Bertugas merekam foley. Foley adalah manipulasi efek suara tambahan agar gambar dapat lebih berbicara, misalnya suara langkah kaki, gesekan props, dan gerakan-gerakan lain yang mungkin tidak terlalu terdengar di rekaman saat syuting.

demikian pembahasan kali ini mengenai  susunan lengkap 7 Departemen Kru Film atau Video yang biasa kamu terapkan dalam produksi film pendek kamu . Kira-kira kamu cocok masuk di departemen mana ya?

Baca Juga :

5 Kamera Sinema Yang Digunakan Untuk Pembuatan Film

Kamu Ingin Jadi Aktor Film Profesional?

10 Alat Ini Dapat Membuat Film Pendek Kamu Lebih Berkualitas

Read More