Mengenal S-LOG Sony Dan Mekanisme Kerjanya

S-Log dikenal di kalangan videografer atau film-maker sebagai fitur dari kamera Sony a7S, a6300, dan seri-seri sejenisnya yang membuat warna yang dihasilkan sangat flat (pucat), yang justru sangat digemari oleh para pembuat film karena memudahkan color grading warna. S-Log akan membuat film kamu jadi kelihatan lebih cinematic atau memiliki looks film.

Sebenarnya, S-Log hanya istilah yang diberikan oleh Sony, sedangkan pada kamera Canon kamu akan menemukan C-Log, di Panasonic kamu akan menemukan v-log, dan di kamera ARRI kamu akan menemukan LogC. Semuanya mempunyai prinsip teknologi yang sama.

Lalu apa yang membuat log-log ini begitu spesial?

Jasa Video eps-production.com

Mungkin selama ini kamu melihatnya hanya dari “pucatnya” saja.

Sebetulnya bukan itu!

Singkatnya, S-Log adalah cara kamera Sony merekam cahaya dalam kurva logaritmik (log diambil dari kata logaritma). Dengan mengandalkan kurva ini, kamera bisa lebih maksimal menampilkan detil di area gelap dan terang yang biasanya sulit dicapai menggunakan setting-an kamera biasa.

Untuk lebih jelasnya, yuk kita bahas lebih dalam!

  1. Mata manusia bekerja secara logaritmik

Kamu pasti mengeluh saat shooting di ruangan remang-remang. Karena hasilnya terlihat sangat gelap. Bisa saja kamu naikkan ISO supaya lebih terang, tapi hasilnya kotor (grain).

Sebaliknya, saat shooting di siang bolong, langit begitu terang hingga detil awan menghilang, kontras sekali dengan objek di sekitarnya yang tampak lebih gelap. Bisa saja kamu naikkan shutter speed atau apperture supaya awannya muncul kembali, tapi sayangnya objek lainnya malah tambah lebih gelap lagi.

Di luar solusi-solusinya (memasang ND filter, ganti lensa, tambah lampu, dll).. pernahkah kamu bertanya: Mengapa kamera berperilaku seperti itu? Mengapa terangnya di mata tidak selalu sama dengan terangnya di kamera? Mengapa seringkali cahaya terlalu kontras bagi kamera hingga sulit sekali mendapatkan cahaya yang rata antara objek dan latarnya (seperti langit dan pohon)?

Jawabannya..

Karena mata melihat cahaya secara logaritmik, sedangkan kamera merekam cahaya secara linear, supaya kamu paham maksudnya, saya ilustrasikan sebagai berikut:

Bayangkan kamu ada di ruangan gelap dengan satu lilin. Lalu kamu tambahkan satu lilin lagi sehingga lilinnya jadi dua. Maka kamu akan mendapatkan ruangan 2x lebih terang dari sebelumnya, sekarang kamu tambahkan satu lilin lagi, jadi tiga lilin. Apa kamu mengira sekarang akan jadi terang 3x nya? Tidak!

Ruangan tadi akan tampak terang 3x nya kalau kamu tambahkan dua lilin (jadi total 4 lilin).

Mengapa begitu? Karena mata mengukur perubahan cahaya dari kondisi saat ini, bukan menghitung satuan lilin, untuk mendapatkan terang 2x dari saat ini, sumber cahaya pun harus dua kalinya dari saat ini.

Misalnya, karena sekarang kita memiliki 4 lilin, kamu harus menambahkan 4 lilin lagi untuk mendapatkan terang 2x nya dari saat ini, jadi total 8 lilin. Berikutnya harus ditambahkan 8 lilin, jadi total 16 lilin. Begitu seterusnya.

Kalau kita urutkan, jumlah lilin di setiap perubahan terangnya jadinya seperti ini:

1, 2, 4, 8, 16, 32, dst. Bukankah dalam matematika ini disebut deret logaritma?

Jasa Video eps-production.com

Kalau kita plot, kurvanya akan tampak seperti gambar di bawah (sebelah kanan)

Artinya?

Artinya, di sisi gelap, mata manusia bisa menangkap perubahan yang cepat, sedangkan di sisi terang, mata manusia bisa menangkap perubahan secara perlahan-lahan (kurva semakin melandai ke kanan).

Dengan kata lain, mata manusia mampu beradaptasi terhadap cahaya sehingga tidak sampai kehilangan penglihatan baik di situasi minim cahaya, atau pun di situasi banyak cahaya. Itu sebabnya mata kita masih mampu melihat detil awan saat terik, sekaligus mampu melihat detil objek di sekitar bayangannya.

Ini yang tidak bisa ditiru oleh kamera. Karena secara umum, semua perangkat digital beroperasi secara linear dalam mempresentasikan data. Dalam contoh kita, kamera hanya menghitung jumlah lilin.

  1. S-Log “melengkungkan” cahaya

Cara kerja mata tadi kemudian dijadikan referensi untuk mengatasi kelemahan kamera.

Perhatikan dua kurva di gambar bawah. Sebelah kiri adalah kamera merekam cahaya secara linear, sedangkan sebelah kanan adalah kamera yang merekam secara logaritmik (s-log contohnya).

Perhatikan bahwa kalau kamera merekam secara linear, ada bagian yang terpotong karena sudah di luar batas cahaya yang bisa ditampilkan monitor. Otomatis pada batas ini, objek tampak putih begitu saja (seperti langit yang awannya menghilang).

Sedangkan kalau kamera merekam secara log, cahaya seolah dilengkungkan sehingga semuanya masuk di batas cahaya yang bisa ditampilkan monitor.

  1. Efek pucat S-Log

Akibat dari lengkungan cahaya yang dibuat s-log, gambar akan tampak pucat sekali, Itu karena s-log berupaya menekan cahaya sehingga tidak terlalu kontras sampai menyebabkan banyak detil yang hilang.

Jasa Video eps-production.com

Oleh karena itu, s-log memang diperuntukkan buat mereka yang merencanakan grading saat editing. Kalau tidak, gambar akan tampak tidak normal.

Lihat contoh hasil rekaman s-log dan hasil setelah digrading di video berikut :

Apa bedanya dengan raw?

Banyak yang mengira kalau log sama dengan raw, karena gambar seolah ‘mentah’.

Sebenarnya bedanya sangat jauh.

Kalau kamu shooting menggunakan raw, maka data yang diperoleh bukan berupa video. Kamu harus mengolahnya lagi sehingga menjadi sebuah file video.

Seperti kalau kamu menginstall Magic Lantern yang membuat DSLR bisa merekam dalam raw, hasilnya bukanlah mov atau mp4, tapi berupa potongan file-file mentah yang harus kamu gabungkan menjadi video di photoshop.

Karena raw adalah data mentah atau data asli yang keluar dari sensor, maka kualitas gambar yang dihasilkan raw berada di atas s-log dan hasil rekaman biasa (non log). Tapi memori yang dibutuhkan sangat besar. Hanya film-film layar lebar dengan kamera-kamera mahal (seperti RED, ARRI, dan Imax) yang biasanya menggunakan raw.

Sedangkan log hanya memanipulasi cahaya yang bisa masuk dalam standar kebutuhan video biasa. Hasilnya juga langsung menjadi sebuah video.

Baca Juga :

5 Jenis Drone Dan Fungsinya

8 Perbedaan Lensa Foto Dan Lensa Movie Cinema

4 Alasan Penting Dan Manfaat Memiliki Video Company Profile

Read More

5 Jenis Drone Dan Fungsinya Yang Wajib Kamu Tau!

Dahulu ketika kita ingin mengambil gambar dari sudut tinggi biasanya menggunakan jimmy jib crane atau bahkan kita menyewa satu unit hellikopter yang pastinya akan memakan biaya yang cukup tinggi kemudian ditambah dengan pengoperasiannya yang sangat sulit dengan perhitungan yang matang, namun ketika hadirnya drone semua menjadi sangat terbantu dan tidak mengurangi estetika gambar yang di hasilkan, drone juga semakin canggih dengan berbagai fitur yang ada didalam nya.

Jasa Video eps-production.com

Saat ini drone juga digunakan sebagai salah satu alat untuk membuat sebuah video ataupun foto. Perkembangan drone di Indonesia sendiri cukup pesat. Hal ini dipicu oleh semakin berkembangan teknologi gadget ataupun smartphone sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengoperasikan drone.

Seiring dengan perkembangan teknologi, jenis drone bukan hanya satu saja. Jenis drone ini dibedakan berdasarkan fungsi dan kegunaannya. Maka tak heran jika jenis dari drone ini bermacam-macam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan fungsi penggunaan dari drone pun sangat beragam. Berikut ini adalah 5 Jenis Drone Dan Fungsinya Yang Wajib Kamu Tau!.

  1. Drone Militer

 

Jasa Video eps-production.com

Sesuai dengan namanya, fungsi drone adalah untuk kepentingan bidang militer. Jenis drone yang populer pada drone militer ini ialah UAV Predator dan juga Reaper. Indonesia pun memiliki drone militer, seperti Puna Wulung, Puna Pelatuk, Puna Sriti, Puna Gagak serta Puna Alap-alap.

  1. Drone Konsumer

Jenis dari drone konsumer ini sering digunakan sebagai hobi para pengguna ataupun bisa dijadikan untuk pembuatan sebuah video maupun fotografi. Karena fungsinya yang sering digunakan untuk memenuhi hobi, maka drone ini pun dilengkapi dengan kamera yang memiliki resolusi tinggi. Beberapa drone yang biasa digunakan sebagai drone konsumer ialah DJI Mavic Pro, GoPro Karma serta DJI Phantom.

  1. Drone Mainan

Jasa Video eps-production.com

Fungsi dari drone ini adalah hanya digunakan sebagai mainan saja. Selain itu, untuk drone mainan ini biasnya tidak memiliki kamera. Akan tetapi jika drone ini memiliki kamera pada bagian bawahnya, maka kamera yang digunakan pun bukan kamera dengan kualitas resolusi yang tinggi. Drone ini pun sering digunakan bagi para pilot pemula.

  1. Drone Profesional

Jasa Video eps-production.com

Sama seperti drone konsumer, drone ini pun biasa digunakan sebagai alat untuk produksi sebuah video ataupun project. Sehingga kamera yang dimiliki pada drone ini tentu saja lebih baik daripada drone konsumer. Drone ini pun termasuk dalam jenis quadcopter atau drone yang memiliki 4 baling-baling. Salah satu drone profesional yang sering digunakan ialah DJI Inspire series, baik itu Inspire 1, Inspire 1 Pro atau Raw, serta Inspire 2.

  1. Drone Industrial

Jasa Video eps-production.com

Drone jenis ini merupakan tingkat lanjutan dari drone profesional. Karena merupakan jenis drone lanjutan maka baling-baling yang dimiliki pun cukup banyak atau biasa disebut sebagai konfigurasi multirotor. Drone jenis ini pun sering digunakan untuk industri film besar ataupun bisa digunakan pada bidang pertanian. Drone yang digunakan pada bidang pertanian bukan untuk merekam lahan pertanian yang ada loh, melainkan untuk membantu menyemprotkan pestisida ataupun pupuk. Contoh drone yang biasa digunakan sebagai drone industrial ialah Yamaha Rmax, DJI MG1, Alta 8 Pro serta DJI Matrice 600.

Saat ini pun banyak drone yang dimodifikasi khusus sebagai pengantar barang. Kamu bisa mengantar kan barang dengan berat tertenu menggunakan drone yang sudah dimodifikasi khusus.

Baca Juga:

Kamu Ingin Jadi Aktor Film Profesional?, Yuk Kuasai 4 Dasar Ini

Drone & Sinematografi

Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Membuat Video Company Profile

8 Perbedaan Lensa Photo Dan Lensa Cinema

Read More